“Perhatian!! Bila anda menerima call dari nomor yang berwarna merah dan nomor 0666 atau 0866, jangan diangkat atau di-reject! Bila diangkat, anda akan menjadi tumbal orang lain, dalam arti lain akan tewas seketika, dan bila anda me-reject-nya, darah anda akan disedot oleh sang dukun ‘nomor merah’.”
Kemudian,
“Dimohon untuk tidak mengaktifkan hp anda pada jam 09.00 sampai 14.00, karena radiasi frekuensi infra red ‘nomor merah’ pada jam tersebut sangat tinggi hingga dapat merusak syaraf, bahkan kematian.” (11 May 2008)
Oke. Itu berita yang saya dapat baru-baru ini. Sebuah berita yang sangat mengerikan, menakutkan. Tentunya ketakutan itu mungkin akan terjadi bila anda memang sedang tidak ingin mati bukan? Berbeda dengan orang-orang yang depresi, mereka justru (mungkin) menganggap ini adalah berkah, sebuah kesempatan untuk mati secepatnya dibalik larangan untuk bunuh diri.
Entah apa yang dimaksud dengan ‘nomor merah’ tersebut, tujuan dan cara penyebarannya, tapi saya sendiri menangkap sebuah pesan terselubung, yang aneh, dalam kejadian ini.
Pertama, menurut teman-teman satu skul, ‘nomor merah’ bukanlah makna konotatif, tapi lugas. Nomor yang akan keluar pada saat menelepon memang merah, begitu. Tapi alhamdulillah, karena saat ini otak saya masih berpikir logis, maka saya dapat langsung menarik keanehan disini. Nomor merah. Makna lugas. Nomornya merah. Sedangkan bila kita memakai Nokia 1100 dan kawan-kawannya (yang masih monokrom), tentunya kita tidak akan pernah menemukan nomor merah atau nomor yang berwarna lainnya bukan? Beruntung untuk orang-orang yang masih memakainya. Begitu pula dengan Nokia 3120 yang saya punya. Setahu saya sendiri fitur GPRS dan xHTML-nya sudah tertinggal jauh dengan tipe handphone keluaran terbaru. Bila maksud sang dukun ‘nomor merah’ ingin mencari tumbal dengan membombardir nomor-nomor acak, maka pasti yang dicari adalah tipe handphone yang paling banyak memiliki GPRS dan xHTML yang sama, agar script-script tertentu yang dikirimkan dengan tujuan agar handphone tersebut dapat mengeluarkan nomor panggilan dengan warna merah. Tipe yang paling laris didunia adalah tipe 1100 dkk, sedangkan tipe tersebut dapat dibilang tidak memungkinkan untuk memunculkan nomor dengan warna merah, berarti hanya tinggal tipe yang kurang laris, yakni tipe menengah (Nokia 3120 dkk atau yang belum memakai OS) dan tipe terbaru (diatas Nokia 3120 dkk atau mungkin yang memiliki OS). Sedangkan tipe yang paling banyak saya temui adalah tipe dengan GPRS 10 dan xHTML yang lebih canggih dari Nokia 3120 saya, berarti salah satu kelompok ini (Nokia 3120 dkk atau tipe yang lebih canggih, mungkin yang ber-OS) pasti yang diincar dukun ‘nomor merah’ tersebut.
Kedua, angka 0666 atau 0866 yang diduga merupakan salah satu ‘nomor merah’. Padahal yang saya ketahui, nomor-nomor pendek seperti itu tidak bisa digunakan untuk menelepon atau ditelepon, bukan begitu? Begitu pula bila nomor-nomor pendek seperti ini digunakan untuk mengirim pesan via text, nomor-nomor seperti ini pasti telah terdaftar. Seperti kode alamat suatu perusahaan pada saat kita melayangkan surat pengaduan atau saat mengirim undian tertentu, atau yang lebih kita kenal dengan istilah PO BOX. PO BOX ini juga didapat dengan mendaftar terlebih dahulu pada PT Pos Indonesia.
Ketiga, pada berita yang kedua dinyatakan bahwa frekuensi infra merah akan semakin besar. Padahal kita ketahui bahwa frekuensi infra merah memang segitu, tidak akan pernah bertambah. Bilapun bertambah, maka itu bukan sinar infra merah lagi! Lagi pula sinar infra merah memang dari dulu diketahui dapat mengakibatkan kerusakan syaraf, sama seperti sinar-sinar yang berbahaya lainnya, tetapi tetap saja, kerusakan tersebut akan terjadi bila infra merah tersebut mengenai tubuh kita dalam waktu yang cukup lama. Kemudian juga, banyak handphone yang tidak memiliki fitur ini, mungkin perbandingannya 50:50 dengan handphone yang memilikinya. Jumlah yang sedikit. Tetapi jumlah itu memang benar-benar sedikit karena jumlah tersebut belum dibandingkan dengan jumlah pengguna yang masih menggunakan handphone monokrom dan handphone klasik (tanpa bluetooth dan inframerah), yang mungkin bila ditotal, jumlah tersebut menjadi 1:4 atau seperempat dari seluruh handphone yang dipakai. Begitu bodohkah sang ‘nomor merah’ bila menggunakan fitur handphone yang satu ini? Kalaupun ada yang bilang sang dukun bisa melakukan sesuatu yang hebat sehingga bisa mengeluarkan infra merah dari handphone tipe apa saja, coba bantu saya berpikir, bagaimana hal itu bisa terjadi tanpa sumber cahaya infra merah tersebut? Dari mana keluarnya, gitu..
Keempat, istilah ‘dukun’ terkesan kurang pas. Dukun. Paranormal. Orang pintar. Tapi dalam kenyataan dukun ialah sesosok manusia yang tak lepas dari asap menyan dan dupa. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan teknologi. Jadi apakah ‘dia’ memang benar-benar ‘dukun’? Ataukah ia hanyalah orang-orang yang mencari masalah dengan kemampuan teknologinya? Ataukah kompilasi dari keduanya? Bilakah memang ia adalah dukun yang juga mempunyai kemampuan teknologi, mengapa harus repot-repot mencari tumbal dengan cara seperti ini? Bukankah teknik mencari tumbal oleh dukun-dukun terdahulu juga sukses walau tanpa menggunakan cara-cara seperti ini? Apakah dia ingin mencari sensasi? Agar dia dapat diakui oleh para dukun-dukun yang lainnya?
Kelima, mengapa justru kita harus melakukan pe-nonaktif-an handphone massal pada waktu-waktu tertentu? Apakah pada waktu tersebut memang akan terjadi pertambahan frekuensi sebagai hasil aksi sang ‘nomor merah’? Ataukah sebagai pengalih perhatian agar pihak-pihak tertentu bisa dengan leluasa menggunakan bandwith selular sebesar-besarnya untuk kepentingannya sendiri?
Kemudian terdapat pula update tentang berita ini. Ternyata selain ‘nomor merah’ ini menhubungi via voice, dia pun mencoba menghubungi kita via text (sms). Sama seperti cara pendahulunya, dia tetap tak menghilangkan identitasnya, warna textnya tetap merah! Tapi dengan penjelasan diatas, sepertinya cara ini pun terbilang mustahil untuk dilakukan. Impossible..
Pada akhirnya, berpikir nyaman dalam sebuah kekangan mental seperti ini, nomor merah, adalah sebuah hal yang sulit. Pada saat post ini ditulis pun (11 May 2008), handphone disampingku terus berdering, menandakan ada sms masuk, terus menerus. Menanyakan padaku. Kenapa handphoneku masih nyala, padahal sudah ada anjuran untuk me-nonaktifk-an. Ku jawab. Ga, biasa ja, gue ga sombong, gue ga naif, gue ga takut mati, karena gue lagi asyik menulis post tentang ‘nomor merah’ itu sendiri, menantang sang dukun dengan congkaknya, mencoba bertukar pikiran dengan kalian dengan mem-post-nya didunia cyber. Bagaimana dengan anda?
Tips Liburan Bersama Anak Usia 1 Tahun di Pantai
-
Liburan bersama anak usia 1 tahun di pantai bisa menjadi pengalaman yang
menyenangkan dan berkesan, tetapi juga membutuhkan persiapan yang matang.
Anak u...
hai mau bercerita pengalaman ditelpon nomor merah, nomornya 0666
ReplyDeletekejadiannya ketika saya masih sd kelas 6 tahun 2008, disaat itu jam kurang lebih 9 malam, saya lagi baring selimutan dengan rasa takut sekali karena sedang mati lampu dan hujan deras ditambah petir, dan rumah kosong hanya saya sendiri, kurang tau keluarga kemana karena saya tidur saat mereka pergi. saya hanya memejamkan mata untuk menunggu keluarga datang.
tiba tiba hape nokia saya bunyi saya berharap kalau itu keluarga yg menelpon, tangan saya mengambil hape dan ternyata nomor 0666 yg terlihat di layar, karena pada saat itu saya sudah tahu tentang berita nomor merah, saya langsung membeku menatap hape yg bunyi saya tambah ketakutan saya tidak tahu harus ngapain, jadi saya membiarkannya sampai bunyi hape hilang. saya langsung nangis dan hape berbunyi lagi, kali ini dari ibu saya, saya lngsung mengangkat telpon dan menangis menanyakan kenapa saya ditinggal sendirian.
sekian cerita, di tahun 2020 saya menulis komentar ini, saya masih kepo dengan berita nomor merah masih menjadi misteri dan belum ada jawaban jelas sampai bisa menelan nyawa.