Curhatku : Abnormalnya Kakakku

Post kali ini berisikan Chain Post Blogor. Chain post ini merupakan tantangan bagi para barudak Blogor untuk meneruskan cerita yang sebelumnya yang telah dibuat. Kebetulan kali ini AntiSimpel mendapat urutan pertama Chain Post dengan tema Cinta. Silahkan nikmati "apa yang bisa dinikmati" xp

Chain post versi ini kupersembahkan untuk adik2 ku yang doyan nanya n paling hobi juara kelas xp

Tiga buah lampu menyala bersama-sama pada pukul 06.45. Lampu merah menyala setiap 5 menit, lampu kuning setiap 4 menit, dan lampu hijau setiap 3 menit. Ketiga lampu menyala kembali untuk kedua kalinya pada pukul ........
A. 07.45
B. 08.45
C. 07.15
D. 08.15


Argh, kenapa mesti ada soal kayak ginian? Gimana cara ngitungnya neh --"

Kubuka lagi buku coret2an ku, membuat beberapa kalimat matematika yang bisa menjelaskan lebih jelas maksud soal tersebut. Dan, gotcha! Sebuah jawaban berhasil di dapat dari coret2an itu. Tapi hasilnya nggak ada di pilihan jawaban --"

Argh, kututup saja buku tugasku. 9 dari 10 soal dapat kuselesaikan dengan mudah, namun soal ini nampaknya ngajak berantem T.T

Asem banget dah.

"Assalamu'alaikum" sebuah suara mengalihkan fokus ku.

Lantas dengan segera ku bawa buku tugasku beserta buku coret2an dan pulpen yang tadi ku gunakan.

"Bang, bantuin ngerjain PR donk" ujarku pada seseorang yang baru datang tersebut.

Sambil membuka sepatunya dia menjawab, "Barter ama nyiramin taneman yak" dengan senyum menggoda.

"Nggak mau.."

"Ya udah kalo gitu." ujarnya santai

"Ayo sih bang, satu soal doank"

"Mana seh soalnya?"

Kutunjukkan soal yang membuatku bingung tadi.

"Ini mah gampang, masa nggak bisa ngerjain sendiri?" matanya menanyakan upayaku

"Tadi dicoba, tapi nggak bisa"

"Masa adek abang nggak bisa.." ujarnya seraya meninggalkanku, masuk ke dalam rumah membawa sepatu yang telah dilepasnya.

Argh..

* * *

Tepat setelah Isya, setelah kami bertiga, dengan ayah, mengaji bersamaan, kakakku yang menyebalkan itu meminta soal yang tadi kutanyakan, lengkap dengan buku coret2an ku dan pulpennya.

Dia mulai menjelaskan secara tidak jelas tentang soal tersebut dengan kata2nya, segera ku potong ucapannya dan meminta dia menuliskannya. Dia menghela nafas, lalu segera mengambil pulpen yang kubawa dan segera menjelaskannya secara tertulis.

Ku perhatikan ulasannya, ku perhatikan coretannya.

"Lho, cuman digituin doank bang?" tanyaku saat melihat konsepnya.

"Emang cuman gitu doank, makanya abang yakin adek abang ini bisa ngerjain sendiri", ujarnya sambil tersenyum.

Ku tutup buku ku, lantas ku duduk disampingnya, di depan tugas2nya yang berserakan.

"Abang dulu nanya ma siapa kalo nggak bisa ngerjain soal kayak gini? Kan abang nggak punya kakak, apa nanya ma ibu?"

Pertanyaanku sontak membuat dia menoleh.

"Udah nggak ada soal yang mau ditanyain lagi udah nanya kayak gitu tuh?"

"Nggak ada, yang laen udah dikerjain semua."

"Kerjain sendiri?"

"Yap, sebelum abang pulang tadi."

"Berarti jawaban abang juga gitu." dia tersenyum

"Maksudnya?" giliranku bingung

"Abang dulu juga usaha sebisa abang dulu, abiz itu nanya ibu." menarik nafas sebentar, lalu dia melanjutkan, "cuman pada akhirnya abang kayak nggak pernah nanya ibu, coz soal yang ada bisa
dicari sendiri jawabannya."

"Trus?"

"Trus abang tinggal nanya kayak ginian ma ibu. Nanya hal2 diluar pertanyaan khas sekolah, kayak nanya pengalaman gitu, y kayak adek nanya ke abang ini lah." dia tersenyum mengejek

"beneran?"

"Tapi boong.." dia berlari ke kamar sambil membawa tugas2nya.

Argh, kenapa seh mesti punya kakak yang abnormal gitu --"

Nanya ma ibu ah, beneran nggak seh abang nanya gitu juga dulu.

.....

Blogger pelanjut cerita :

Bunda Desi Hartanto di Mereka Anugerah Terindah Dalam Hidup Ini
Pak Hartanto Sanjaya di [rilis 11-14 November 2010]
Kang Fajar Suyamto di [coming soon]
Kang Unggul Sagena di [coming soon]